Tata cara upacara pernikahan adat jawa ada beberapa hal
atau bagian yang harus dilalaui. Dari awal hingga akhirnya nanti sampai ke
resepsi pernikahan. Pada dasarnya tidak
terlalu rumit kalau diperhatikan dan dijalani bagian demi bagiannya. Untuk
memudahkan memahami tata cara upacara pernikahan adat jawa kami mencoba
meringkasnya sebagai berikut.
|
tata cara upacara pernikahan adat jawa |
*)
Nontoni
Tata
cara yang pertama dalam adat jawa adalah nontoni. Nontoni merupakan upacara
untuk melihat calon pasangan yang akan dinikahinya. Pada mulanya
jaman dulu setiap calon pengantin belum mengenal dan mengetahui calon pasangannya.
Biasanya tata cara ini diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka
yang akan diperjodohkan telah mengirimkan penyelidikannya tentang keadaan si
gadis yang akan diambil menantu. Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan
siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya, maka diadakan musyawarah
diantara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan tata cara lamaran.
*)
Lamaran
Tata
cara yang kedua dalam adat jawa adalah lamaran. Lamaran atau melamar berarti
meminang calon pasangan wanita. Pada jaman dulu pasangan pria dan
wanita belum saling mengenal maka dalam tahapan ini bisa dimusyawarahkan hari
baik untuk menerima lamaran atas persetujuan bersama. Upacara lamaran: Pada
hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua
calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Makanan tersebut biasanya terbuat
dari beras ketan antara lain : Jadah, wajik, rengginan dan sebagainya. Menurut
naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan baku
ketan yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua
pengantin dan antar besan tetap lengket (pliket,Jawa). Setelah lamaran diterima
kemudian kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk melaksanakan upacara
peningsetan
*)
Peningsetan
Tata
cara yang ketiga adalah peningsetan. Peningsetan itu mempunyai kata dasar
singset (jawa) yang berarti ikat jadi arti kata
peningsetan itu sendiri merupakan pengikat. Peningsetan
adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak
pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri. Menurut tradisi peningset
terdiri dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas, uang yang
lazim disebut tukon ( imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang
berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk
dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk
menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur . Biasanya
penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah
upacara peningsetan.
*)
Upacara Tarub
Tata
cara yang ke empat, Tarub adalah hiasan
janur kuning ( daun kelapa yang masih muda ) yang dipasang tepi tratag yang
terbuat dari bleketepe ( anyaman daun kelapa yang hijau ).
Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon
pengantin ( siraman, Jawa ) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu
dilaksanakan.
Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang
disebut dengan tuwuhan. Adapun macamnya :
Dua batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang.
Dua janjang kelapa gading ( cengkir gading, Jawa )
Dua untai padi yang sudah tua.
Dua batang pohon tebu wulung ( tebu hitam ) yang lurus.
Daun beringin secukupnya.
Daun dadap srep.
Tuwuhan
dan gegodongan ini dipasang di kiri pintu gerbang satu unit dan dikanan pintu
gerbang satu unit ( bila selesai pisang dan kelapa bisa diperebutkan pada
anak-anak ) Selain pemasangan tarub diatas masih
delengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan sbb. (Ini merupakan petuah dan
nasehat yang adi luhung, harapan serta do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa ) yang
dilambangkan melalui:
1. Pisang raja dan pisang pulut yang berjumlah genap.
2. Jajan pasar
3. Nasi liwet yang dileri lauk serundeng.
4. Kopi pahit, teh pahit, dan sebatang rokok.
5. Roti tawar.
6. Jadah bakar.
7. Tempe keripik.
8. Ketan, kolak, apem.
9. Tumpeng gundul
10. Nasi golong sejodo yang diberi lauk.
11. Jeroan sapi, ento-ento, peyek gereh, gebing
12. Golong lulut.
13. Nasi gebuli
14. Nasi punar
15. Ayam 1 ekor
16. Pisang pulut 1 lirang
17. Pisang raja 1 lirang
18. Buah-buahan + jajan pasar ditaruh yang tengah-tengahnya diberi tumpeng
kecil.
19. Daun sirih, kapur dan gambir
20. Kembang telon (melati, kenanga dan kantil)
21. Jenang merah, jenang putih, jenang baro-baro.
22. Empon-empon, temulawak, temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur.
23. Tampah(niru) kecil yang berisi beras 1 takir yang diatasnya 1 butir telor
ayam mentah, uang logam, gula merah 1 tangkep, 1 butir kelapa.
24. Empluk-empluk tanah liat berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak,
pengilon, jungkat, suri, lenga sundul langit
25. Ayam jantan hidup
26. Tikar
27. Kendi, damar jlupak (lampu dari tanah liat) dinyalakan
28. Kepala/daging kerbau dan jeroan komplit
29. Tempe mentah terbungkus daun dengan tali dari tangkai padi ( merang )
30. Sayur pada mara
31. Kolak kencana
32. Nasi gebuli
33. Pisang emas 1 lirang
Masih
ada lagi petuah-petuah dan nasehat-nasehat yang dilambangkan melalui
: Tumpeng kecil-kecil merah, putih,kuning, hitam, hijau, yang dilengkapi dengan
buah-buahan, bunga telon, gocok mentah dan uang logam yang diwadahi diatas
ancak yang ditaruh di:
1. Area sumur
2. Area memasak nasi
3. Tempat membuat minum
4. Tarub
5. Untuk menebus kembarmayang ( kaum )
6. Tempat penyiapan makanan yanh akan dihidangkan.
7. Jembatan
8. Prapatan.
5. Nyantri
Upacara
nyantri adalah menitipkan calon pengantin pria kepada keluarga pengantin putri
1 sampai 2 hari sebelum pernikahan. Calon pengantin pria ini
akan ditempat kan dirumsh saudara atau tetangga dekat. Upacara nyantri ini dimaksudkan
untuk melancarkan jalannya upacara pernikahan, sehingga saat-saat upacara
pernikahan dilangsungkan maka calon pengantin pria sudah siap dit3empat
sehingga tidak merepotkan pihak keluarga pengantin putri.
*)
Upacara Siraman
Tata
cara yang kelima, Siraman dari kata dasar
siram ( Jawa ) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman adalah
memandikan calon pengantin yang mengandung arti membershkan diri
agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman :
Kembang setaman secukupnya
Lima macam konyoh panca warna ( penggosok badan yang terbuat dari beras kencur
yang dikasih pewarna)
Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
Kendi atai klenting
Tikar ukuran ½ meter persegi
Mori putih ½ meter persegi
Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
Dlingo bengle
Lima macam bangun tulak ( kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis
benang kuning)
Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek (
kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).
Sampo dari londo merang ( air dari merang yang dibakar didalam jembangan dari
tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air,
air ini dinamakan air londo)
Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain
grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih
Sabun dan handuk.
Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan
harapan yang di simbulkan dalam:
Tumpeng robyong
Tumpeng gundul
Nasi asrep-asrepan
Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
Empluk kecil ( wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
1 butir telor ayam mentah
Juplak diisi minyak kelapa
1 butir kelapa hijau tanpa sabut
Gula jawa 1 tangkep
1 ekor ayam jantan
Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak
kedinginan maka ditetapkan tujuh orang yang memandikan, tujuh sama dengan pitu
( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa) yang berarti pertolongan. Upacara siraman
ini diakhiri oleh juru rias ( pemaes ) dengan memecah kendi dari tanah liat.
*)
Midodareni
Tata
cara yang keenam, Midodareni berasal dari kata dasar widodari ( Jawa ) yang
berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan sangat harum
baunya. Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai
dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten
tidak boleh tidur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa
dan harapan yang di simbulkan dalam:
Sepasang kembarmayang ( dipasang di kamar pengantin )
Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian,
empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi
Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep
( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang
dihias dengan kapur.
Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut,
minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.
Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon
pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri dari :
Nasi gurih
Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung, Jawa )
Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
Krecek
Roti tawar, gula jawa
Kopi pahit dan teh pahit
Rujak degan
Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan ( jaman dulu)
*)
Upacara Langkahan
Tata
cara yang ke tujuh, Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang
berarti lompat, upacara langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah
mendahului kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah
dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang
dilangkahi.
*)
Upacara Ijab
Tata
cara yang ke delapan, Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai
agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga
pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan
keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan
penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ijab qobul biasanya
dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya
ijab qobul akan syah menurut syariat agama dan disaksikan oleh pejabat
pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di
catatan pemerintah.
*)
Upacara Panggih
Tata
cara yang kesembilan, Panggih ( Jawa ) berarti bertemu, setelah upacara akad
nikah selesai baru upacara panggih bisa dilaksanaakan,. Pengantin
pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali ke kamar
pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai.
Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana gaya Yogyakarta
dengan iringan gending Jawa:
1. Gending Bindri untuk mengiringi kedatangan penantin
pria
2. Gending Ladrang Pengantin untuk mengiringi upacara panggih mulai dari
balangan ( saling melempar ) sirih, wijik ( pengantin putri mencuci kaki
pengantin pria ), pecah telor oleh pemaes.
3. Gending Boyong/Gending Puspowarno untuk mengiringi tampa kaya (kacar-kucur),
lambang penyerahan nafkah dahar walimah. Setelah dahar walimah selesai, gending
itu bunyinya dilemahkan untuk mengiringi datangnya sang besan dan dilanjutkan
upacara sungkeman
Secara garis besar tata cara adat pernikahan jawa kurang lebih seperti itu, namun dewasa ini beberapa acara pernikahan sudah mulai sedikit bergeser ke arah modern agar lebih mudah dan cepat. Secara esensi dan filosofi yang diberikan akan sangat membantu pasangan dalam menjalani kehidupannya kelak. Jangan sampai adat semakin pudar dan hilang. Sebagai generasi muda kita wajib untuk melestrikannnya. Semoga dapat membantu dan dapat melestarikan tata upacara pernikahan adat jawa.